Sebanyak 18 tentara nasional Filipina tewas dalam tugas melawan kelompok terorisme Abu Sayyaf untuk menyelamatkan para sandera. Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyebut operasi militer tersebut sebagai wujud nyata konsistensi dari pemerintah Filipina.
“Saya berpikiran bahwa tentara dari Filipina benar-benar konsisten,” tutur Gatot seusai meninjau rencana renovasi dermaga di Pulau Biak, Papua, Sabtu (30/4/2016).
Menurut Gatot, kejadian tersebut membuktikan kesungguhan dari Pemerintah Filipina memberantas kelompok Abu Sayyaf. Pemerintah Indonesia, kata Gatot masih selalu berkoordinasi terkait penyanderaan terhadap 14 WNI oleh kelompok tersebut.
“Sehingga dia melakukan operasi bersungguh-sungguh. Dan kami selalu komunikasi dengan Filipina,” sambung Gatot menegaskan.
Dia menambahkan, saat ini WNI yang disandera masih dalam keadaan sehat. Upaya pembebasan sandera tetap menunggu izin dari otoritas Filipina.
“UU tidak mengizinkan. Tentaranya (TNI) mau-mau saja. Tapi UU mereka tidak mengizinkan, (jadi) nggak bisa. Tapi intelijen kita selalu koordinasi kita selalu monitor dan yakin semua masih selamat. Masih sehat,” jelas Gatot.
Mencegah terjadinya pembajakan kapal RI yang berujung penyanderaan, Gatot menegaskan TNI tetap memaksimalkan pengamanan wilayah perairan.
“Di Tarakan sudah ada (pengamanan oleh TNI). Masalahnya itu penculikannya itu bukan di wilayah kita. Kalau penculikannya di wilayah Indonesia, berarti Angkatan Laut yang lemah. Tapi perompakan di negara lain. Sedangkan kita tidak boleh masuk ke sana,” ujar Gatot.
(fdn/fdn)
sumber : detik.com