Jakarta, sorotindonesia.com – Penyidik Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri mensinyalir ada sejumlah pengepul yang menahan barang sehingga terjadi kelangkaan cabai rawit merah. Hal tersebut diduga sebagai penyebab lonjakan harga cabe rawit merah di pasaran.
Saat ini masih terus dilidiki penyebab kasus lonjakan harga cabe rawit, Dalam penyelidikannya Bareskrim menggandeng Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam mengumpulkan barang bukti.
Dari hasil penyelidikan sementara polisi menengarai sedikitnya terdapat tujuh perusahaan atau industri terlibat sebagai penerima pasokan komoditas cabai rawit merah. Tujuh perusahaan tersebut pada umumnya adalah pelaku industri pengolahan sambal.
“Masih ada pengepul yang sengaja menahan barang, sengaja membelokkan barang. Padahal seharusnya dikirim ke pasar induk,” kata Rikwanto seperti dikutip dari Antara.
Bareskrim pada penyelidikan sebelumnya telah menetapkan tiga tersangka, yaitu SJN, SNO dan R. Ketiga pelaku tersebut bertindak sebagai pengepul yang bersepakat menetapkan harga cabai rawit merah yang tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah. Hal ini yang menyebabkan pasokan yang seharusnya didistribusikan ke Pasar Induk beralih distribusinya ke perusahaan-perusahaan.
“Ada pengalihan penyaluran atau distribusi dari petani kemudian kepada pengepul, pengepul kepada supplier atau bandar kemudian kepada perusahaan,” kata Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Pol Martinus Sitompul.
Dari pengalihan distribusi tersebut mengakibatkan kelangkaan cabe rawit merah di pasaran, sehingga memicu lonjakan harga yang tinggi kepada masyarakat. (pr)
