Kota Sampah, Sampah Kota Siapa Peduli

oleh -

Ada nasehat seorang kawan perihal kunjungan saya ke suatu daerah, kawan saya berpesan, sebelum kalian menjelajah suatu kota, lihatlah tempat sampah yang ada. Nasehat yang aneh pikir saya, ngapain harus mengunjungi tempat sampah? Bukannya saya akan meneliti adat budayanya?  Tetapi tidak ada salahnya dicoba. Saya siapkan masker, topi dan sarung tangan untuk mendukung assesment menyeramkan itu.

Lalat yang berebut makanan, kucing yang saling cakar, ayam, burung dan pemulung adalah pemandangan umum tempat sampah. Nama terakhir adalah ujung rantai persampahan, dia akan mengaduk, memilah dan memilih seluruh sampah . Dia hanya  mengambil sampah yang punya nilai ekonomis. Setelah itu akan melanjutkan kunjungan ke tempat sampah  yang lain.

Ditempat sampah ini saya mendapati, buncis, kacang panjang, kol, seledri, tulang ikan, tentunya sudah membusuk. eitt…tetapi  yang paling dominan adalah sampah bungkus mie instan, detergen dan sampo. Lha kalo bungkusnya saja bermeter-meter kubik, berapa literterkah detergen-detergen dan sampo ini disiramkan kebumi ?

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa detergen mengandung bahan penyusun yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Bahan-bahan penyusun detergen adalah surfaktan, builder, filler dan adiktif. Bahan-bahan tersebut memiliki dampak bagi pencemaran lingkungan. Salah satu dampak pencemaran lingkungan adalah terjadinya eutrofikasi. Eutrofikasi mengakibatkan terganggunya rantai makanan yang dapat menyebabkan limbah detergen masuk dalam tubuh manusia.  Senyawa sisa limbah deterjen yang menumpuk didalam tubuh dapat menyebabkan kanker dan iritasi.  Nah lho.., ngeri kan efek dari detergen.

Sedangkan bungkus mie instan, detergen dll akan di bawa ke rute berikutnya yakni tempat penampungan  ahir (TPA). Apakah ceritanya sampah yang tidak terurai ini akan berakhir? Tentu tidak, dia akan berlanjut mencemari bumi pertiwi untuk beberapa tahun lagi.

Kebiasaan kita membuang sampah di kotak/ember/tempat penampungan sementara sampah, kalo kita cermati lebih seksama, ternyata kebiasaan tersebut kurang tepat, karena kita hanya memindahkan sampah. Lebih tepatnya kita baru saja memulai persoalan sampah. Kita terbiasa/dibiasakan untuk memindahkan persoalan persolan kita ke tempat lain, tidak menyelesaikannya, ingat ya tidak menyelesaikannya!!.

Rumah/halaman kita memang bersih dari sampah, tetapi siapa yang memulaui kekumuhan kota?

Ada baiknya kita bijak menggunakan deterjen, ada baiknya kita mengurangi produksi sampah rumah tangga kita, pada akhirnya kalo seluruh warga mengurangi sampah rumah tangganya, otomatis sampah di TPA juga berkurang. Sepuluh tahun lagi kota kita harus bebas sampah

Aminnnnn  (by yasin)  pegiat  “ayo berteman dengan sampah”

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.