MANADO – Haruskah Orang Kristen Bersuara?, itulah judul sebuah buku menarik dan segar hasil karya dari tokoh muda Greivance Lumoindong yang ditulis dan disusun bersama ayahandanya terkasih Pendeta Gilbert Lumoindong.
Buku yang berisi kumpulan pemikiran inspiratif tentang politik dan gereja ini, merupakan kisah pergumulan hidup Greivance yang juga caleg PDIP untuk DPRD Sulut dari dapil Kota Bitung dan Kabupaten Minahasa.
“Orang Muda adalah harapan Gereja serta masa depan bangsa dan negara kita. Orang muda harus terbiasa dengan perjuangan, kedisiplinan dan jalan yang benar. Anak-anak muda perlu bimbingan para seniornya dengan baik, tapi orang muda jangan dibiasakan menabrak aturan-aturan untuk mencapai impian-impiannya,” kata Pendeta Gilbert Lumoindong pada inti seminar remaja dan orang muda dari Departemen Pemuda dan Anak (DPA) Badan Pekerja Wilayah (BPW) Gereja Bethel Indonesia (GBI) yang sekaligus menjadi momen launching buku Haruskah Orang Kristen Bersuara?, beberapa waktu lalu.
“Anak-anak muda harus hidup berintegritas, setia, jujur dan takut akan Tuhan,” tambah Gilbert.
Greivance Gilbert Lumoindong (Pengurus DPA GBI DKI Jakarta), dalam kesempatan launching buku Haruskah Orang Kristen Bersuara tersebut, menerangkan buku yang ditulisnya merupakan bagian dari pergumulan hidupnya serta hasil bagian diskusinya dengan Pdt Gilbert Lumoindong dan juga dosen Teologi & Filsafat di tempatnya menimba ilmu, STT Bethel Indonesia, Dr Yulius Aris W.
Menurut Grei, buku ini ditulis untuk menjawab pertanyaan kehidupannya yang merupakan pergumulan batinnya “Perlukah Gereja, perlukah Anak Tuhan serta Orang Kristen, terlibat dan bersuara dalam kehidupan politik ditengah dunia ini?”.
Grei yang adalah panggilan akrab dari Greivance yang kini sedang mendalami studi Theologianya, optimis bahwa Theologi tidak boleh berhenti pada konsep semata, melainkan harus diaktualkan sebagai proses untuk menyapa bahkan mengubah realitas.
“Gereja ada didunia, karena itu otomatis harus menerangi dunia, termasuk didalamnya politik. Hak politik haruslah digunakan dengan baik untuk kesejahteraan umat,” ujar Grei.
Ditambahkannya bahwa berpolitik disini adalah memperjuangkan hak umat; dengan begitu akan terwujud kebaikan bersama (bonum commune).
“Memang tak dapat dipungkiri, dalam berpolitik kita akan beririsan dengan hal-hal yang kontroversial, emosional serta juga pengalaman intelektual. Tujuan dari semua itu, supaya kita membuka kepedulian terhadap pernak pernik permasalahan yang terjadi disekitar kita. Dan yang paling utama membuka pikiran kita semua sebagai umat Kristen, termasuk didalamnya orang muda Kristen, turut mengambil bagian dalam kesejahteraan masyarakat,” tutupnya.
Diakhir Seminar, Grei yang dalam perjuangan pencalonnya tandem bersama caleg DPR RI Wenny Lumentut dapil Sulut, mengadakan kuis dengan hadiah buku yang ditulisnya. Tampak para peserta menyambutnya dengan semangat dan antusias.***