“Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur menemukan adanya ‘salawat fulus’ serta banyak bukti baru terkait ajaran Taat Pribadi di Padepokan Dimas Kanjeng, Probolinggo Jawa Timur. MUI akan mengeluarkan fatwa sesat kepada aliran Dimas Kanjeng Taat Pribadi”.
Probolinggo– Abdhussomad Buchori selaku Ketua MUI Jawa Timur kepada media (Jumat, 7/10/16) mengatakan bahwa pihaknya beberapa waktu lalu telah melakukan investigasi di Probolinggo dan telah menemukan beberapa bukti yang mengarah kepada ajaran sesat Dimas Kanjeng Taat Pribadi diantaranya, dalam bentuk buku, foto dan gambar. Seperti struktur atau tatanan “Panitia Ratu Adil” yang berupa gambar dan terdapat logo lambang negara dan logo beberapa bank di Indonesia. Selain itu kartu anggota berwarna hitam yang bergambar foto Taat Pribadi yang berada di tengah-tengah wali songo. Selain itu ditemukan bukti kontroversial lainnya yakni diyakini sebagai buku kumpulan ilmu Padepokan Taat Pribadi yang disebut buku rahmatan lil alamin yang berisi ajaran-ajaran sesat kepada para pengikutnya. Mulai dari shalawat fulus dan bacaan shalat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
“Penting berkoordinasi terus dengan MUI Kabupaten Probolinggo yang sudah turun langsung untuk melakukan kajian soal ajaran Padepokan Dimas Kanjeng,” terangnya. Sejauh ini, menurut Kiai Shomad, ada 20 item temuan MUI Kabupaten Probolinggo yang telah diterimanya.
Dari 20 item itu, ada beberapa item yang mengarah pada ajaran syirik. Yaitu, di item nomor 15, 16, dan 20. Item 15 berupa salawat fulus. Lalu, item 16 tentang wiritan Syeh Siti Jennar, berupa kalimat campuran bahasa Arab dan Jawa. Terakhir, item nomor 20, kalimat kunfayakun
.
“Ajaran dari kiyai manapun tidak pernah ada, apalagi ada poin yang mengatakan “Wujud ingsun Dzat Allah (wujud saya adalah Allah-red), ini ajaran keluar dari rel” Tutur Abdhussimad Buchori.
Dalam waktu dekat MUI Pusat akan mengeluarkan fatwa terhadap ajaran Taat Pribadi Dimas Kanjeng tersebut.
Salawat Fulus Dan Kesesatan Dimas Kanjeng
Berikut 4 hal yang diduga diajarkan Dimas Kanjeng kepada pengikutnya yang disebut sebagai ajaran sesat:
1. Dalam bacaan salat, ada yang tidak sesuai dengan syariat Islam dan tidak pernah dilakukan Rasulullah. Contohnya, setelah takbir ada bacaan lain yang di luar syariat Islam. Ada Salawat Fulus juga.
2. Dalam wiridan, banyak bacaan salawat yang tulisannya keliru dan sehingga makna berbeda.
3. Dalam wiridan atau amalan, tawasul Al-Fatitah untuk Rasulullah hanya sekali. Tapi untuk Dimas Kanjeng, tawasul Al-Fatihah ada banyak.
4. Sumpah untuk para santri atau pengikut padepokan yang isinya tidak boleh ketemu Dimas Kanjeng Taat Pribadi atau sang guru besar selama lima tahun. Jika bertemu, tidak boleh tersenyum atau menyapa.
Gegernya Padepokan Dimas Kanjeng
Gegernya pemberitaan Padepokan Dimas Kanjeng di media, pasca terungkapnya pembunuhan terhadap Ismail dan Abdul Gani yang merupakan santri dari padepokan Dimas Kanjeng yang diduga kuat melibatkan Taat Pribadi. Taat Pribadi merupakan pimpinan padepokan Dimas Kanjeng yang konon sangat fenomenal Karena dapat menggandakan uang hingga milyaran rupiah dan memiliki banyak sekali santri yang tersebar hingga ke pelosok nusantara. Pihak Polri hingga saat ini masih melakukan pengembangan penyelidikan untuk mengungkap kasus Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Padepokan Dimas Kanjeng Yang Fenomenal
Padepokan yang berdiri pada 2007 di Desa Wangkal dan Gadingwetan, Kecamatan Gading, Probolinggo, Jawa Timur, itu sangat mentereng. Bangunan rumah yang mewah seperti layaknya istana. Di sebelah barat rumah Dimas terdapat jalan desa yang menghubungkan Desa Wangkal dengan Desa Gading Wetan. Lalu di sebelah selatan jalan desa itu terdapat masjid, kantor yayasan, asrama santri, dan halaman parkir luas beralas paving.
Konon kabarnya acara pengajian, istigasah, peringatan hari besar keagamaan, kerap digelar di situ karena daya tampung halaman parkir cukup untuk memuat sekitar 10.000 orang.
Jika tak ada acara, mobil-mobil yang digunakan Dimas Kanjeng berada di garasi dengan atap besi dan aluminium. Sebelum Dimas Kanjeng ditangkap, mobil-mobil yang terparkir di lapangan itu mulai dari Alphard, Pajero, Fortuner, CRV, Mercedez-Benz, hingga Nav1.
Di belakang sekeliling rumah terdapat semacam perkemahan yang dihuni oleh para santri-santrinya.
Sejak 2009 Padepokan Dimas Kanjeng selalu ramai setiap hari oleh para santri yang berasal dari berbagai daerah, mulai Sulawesi hingga Kalimantan, mulai Jawa Barat hingga Bali. Banyak juga santri yang berasal dari luar Kabupaten Probolinggo.
Terpikat Oleh Sensasi Taat Pribadi
Gayanya yang perlente, dan dibuat seperti layaknya seorang Sultan atau Raja. Apalagi jika berbicara, Taat Pribadi mampu menghipnotis khalayak dengan penampilan yang memukau dilengkapi dengan jubah ajaib yang bisa mendatangkan uang hingga milyaran rupiah.
Pantas saja, banyak pejabat dan mantan pejabat tertarik dengan Dimas Kanjeng, seperti Ibu Marwah Daud.Seorang Politisi, tokoh Perempuan, Professor lulusan Amerika, dan dikenal sebagai tokoh eks ICMI serta pernah menjabat anggota DPR RI 4 periode.
Dikutup dari BBC Indonesia, Seorang Sosiolog dan staf pengajar Fakultas ilmu sosial politik, Universitas Airlangga, Surabaya, Hotman Siahaan mengatakan praktik penipuan ini mampu melibatkan ribuan orang, karena sebagian masyarakat masih bersikap irasional dan terperdaya kebudayaan ‘ingin cepat kaya’.
Tapi Hotman mengaku heran dengan keterlibatan sosok Marwah Daud Ibrahim, yang dikenal sebagai intelektual dan politikus, meyakini praktik penipuan Taat Pribadi yang disebutnya sebagai ‘semacam sulap-sulapan’.
“Beliau ini intelektual, akademisi yang terkenal, lalu tiba-tiba sangat irasional melihat perkara ini dan begitu membela Kanjeng Dimas,” kata Hotman.
Dia menduga kapasitas intelektual Marwah menjadi hilang karena politikus Partai Gerindra ini terpikat ‘pendekatan’ yang ditawarkan Taat.
“Kemampuan akademisnya hilang, pemikiran intelektualnya hilang, karena (apa yang diklaim Taat Pribadi) dianggap benar,” kata Hotman.
Mengomentari ribuan orang lainnya yang terpikat bujukan pemilik padepokan Kanjeng Dimas itu, Hotman menduga hal ini hasil kerja keras anak buahnya yang mampu menggambarkan sosok Taat secara ideal.
“Ada mistifikasi terhadap figur, memiliki wibawa, menganggap sebagai maharaja, itu membuat ketertarikan orang lain,” ujarnya.
Namun diakuinya ketertarikan itu juga tidak terlepas dari mental instan alias ingin cepat jaya yang diidap sebagian anggota masyarakat.
Hotman menawarkan perlunya ‘revitalisasi kesadaran intelektual’ masyarakat agar tidak terjerembab kebudayaan ujug-ujug alias kebudayaan instan di tengah maraknya perilaku yang konsumtif.
(ed-bhq)