Pemberian obat kebiri kepada para pelaku kejahatan seksual ternyata bukan sesuatu yang murah. Belum lagi, pemberian dosis khusus dan pemberian jangka waktu panjang akan memberikan efek samping yang belum tentu memberi efek jera bagi penjahat seksual.
Dokter Spesialis Andrologi, dr. Heru H. Oentoeng mengatakan, obat kebiri seperti halnya obat lain yang tak bisa diberikan dalam satu kali kemudianĀ langsung sembuh. Seperti obat demam misalnya, butuh dosis tertentu dan minum tiga kali sehari baru sembuh.
“Obat kebiri akan diberikan sesuai jenisnya, ada yang diberikan sehari sekali, satu bulan sekali, paling lama tiga bulan sekali. Tapi pemberiannya ini repeat (harus diulang). Jadi pasti butuh biaya mahal,” katanya saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (26/5/2016).
Ada obat kebiri yang murah, tapi menurut dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk ini, efeknya begitu singkat seperti suntikan KB. “Depo provera yang dimiliki pemerintah itu juga bisa dipakai. Suntik KB ini dilakukan sebulan sekali sehingga butuhmonitoring. Bayangkan kalau penjahat seksual seperti apa, kalau keluar penjara siapa yang monitor.”
Meski begitu, kata dia, sebagai tenaga medis dia sangat setuju hukuman tambahan yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak dengan sanksi tambahan kebiri kimia. Hanya saja, jangan sampai cara yang dilakukan pemerintah ini hanya mengeluarkan anggaran besar tapi tidak efektif. (liputan6)