BANDUNG – Komunitas seni Bandoengmooi yang telah berdiri sejak tahun 1996 atas prakarsa dari Aendra H Medita (jurnalis/seniman), Dodi Rosadi (seniman) dan beberapa pegiat seni di Kota Bandung, pada hari jadi ke 207 Kota Bandung akan mempersembahkan seni teater berjudul Munding Dongkol di bawah arahan sutradara Hermana HMT dalam program Seni Bandung, sekaligus untuk merayakan hari jadi ke 21 komunitas seni Bandoengmooi.
Pertunjukan Munding Dongkol yang akan ditampilkan di CCL Jl. Setiabudhi (belakang terminal Ledeng) tanggal 25 September pukul 19.30 Wib, merupakan kritik sosial terhadap maraknya alih fungsi lahan pertanian, perkebunan atau daerah resapan air bersih menjadi perumahan, terutama di kawasan Bandung Utara. Alih fungsi lahan ini ditengarai oleh komunitas seni Bandoengmooi sebagai salah satu penyebab berkurangnya sumber air bersih juga penyebab banjir di kawasan Bandung tengah, timur dan selatan.
Disisi lain, kebiasaan buruk oknum masyarakat dan perusahaan yang sering membuang sampah dan limbah ke sungai menyebabkan air menjadi tercemar dan mengancam kelangsungan hidup masyarakat di sekitar sungai dan ekosistem.
“Bandoengmooi selalu konsisten menyuarakan tentang lingkungan hidup, dan dalam acara seni Bandung inipun tentang lingkungan hidup, tanah, air dan udara. Jadi kami selama bertahun-tahun membuat setiap judul itu bersinggungan dengan masalah air dan tanah serta masalah sosial yang terjadi di masyarakat, baik masyarakat Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung,” urai Hermana HMT saat wawancaranya dengan awak media di Gedung Indonesia Menggugat, Kamis (21/9/2017).
Dijelaskan oleh Hermana bahwa pertunjukan Munding Dongkol sudah dipersiapkan sejak dua bulan yang lalu. “Dua bulan kebelakang kami dikontak oleh konfigurasi Seni Bandung, Bandoengmooi terpilih untuk mengisi Seni Bandung untuk acara hari jadi Kota Bandung ke 207,” ungkapnya.
Ditambahkan oleh Hermana, dari 50 pegiat seni Bandoengmooi, yang akan terlibat nanti ada 31 orang.
Dari pertunjukan tersebut, Hermana sekaligus penggubah lagu serta sutradaranya.
Diterangkan oleh Hermana, karakter judul Munding Dongkol ini sendiri diambil dari mitos yang ada di kawasan Bandung. Jadi, Munding Dongkol ini muncul di kala air besar dan itu dianggap siluman yang membahayakan dan bisa mengakibatkan orang lain meninggal dunia. Munding Dongkol kini adalah representasi dari limbah dan sampah dan pengrusakan lingkungan sungai. (*)