Bandung, Siapa yang belum mengenal alat musik angklung? Angklung adalah alat musik tradisonal khas Jawa Barat yang terbuat dari bambu bernada multitonal (bernada ganda) dan dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil.
Dikatakan Wikipedia, dalam Dictionary of the Sunda Language karya Jonathan Rigg yang diterbitkan pada tahun 1862 di Batavia disitu dituliskan bahwa angklung adalah alat musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu yang dipotong ujung-ujungnya menyerupai pipa-pipa dalam suatu organ dan diikat bersama dalam suatu bingkai lalu digetarkan untuk menghasilkan bunyi.
Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010 untuk meningkatkan kesadaran tentang warisan budaya takbenda, dan mendorong masyarakat setempat agar ikut melestarikan warisan budaya beserta tokoh-tokoh lokal yang memelihara bentuk-bentuk ekspresi budaya tersebut.
Menjawab itu, seribuan siswa SMP dan SMA serta guru Sumapul (Sumatera 40) Jl Pahlawan kota Bandung berkolaborasi dengan Saung Angklung Udjo memainkan alat musik angklung secara bersamaan dan di pandu langsung oleh Kang Opik (Taufik Hidayat) yang merupakan generasi dari seniman angklung Jawa Barat, Mang Udjo, Senin (6/2). Pada kesempatan itu dibawakan beberapa buah lagu secara non stop dengan iringan musik angklung, diantaranya lagu Laskar Pelangi.
Direktur Pendidikan Sumapul Budi Ipoeng menuturkan kepada SII seusai gelaran tersebut bahwa kegiatan ini bentuk kerjasama antara Sumapul dan Saung Angklung Udjo. Pendiri Sumapul dan Mang Udjo adalah sahabat dan saat ini dilanjutkan oleh penerusnya untuk berkolaborasi melestarikan angklung ini dengan cara dimasukan dalam ekstrakulikuler Sumapul, “Dari Saung Angklung Udjo akan datang melatih ke sekolah dan ke depannya ditargetkan untuk penyelenggaraan event”, ujarnya.
Dilanjutkan oleh Budi, “Angklung ini bukan hanya sekedar alat musik, tetapi sebagai alat pemersatu dan bekerjasama, tanpa kebersamaan itu tidak mungkin menghadirkan musik angklung dengan baik, jadi selain melestarikan budaya juga menanamkan rasa kebersamaan siswa”, kata Budi.
Kang Opik sebagai pihak yang ikut mendukung penuh terselenggaranya acara 1000 angklung ini pada kesempatan terpisah menjelaskan,”kita sebagai bangsa Indonesia tidak hanya merasa angklung milik Indonesia, tapi bagaimana mengaplikasikan bahwa angklung ini milik Indonesia, pertama harus terpelihara dan yang kedua harus tumbuh dan berkembang sehingga bisa bernilai ekonomi, sekolah adalah salah satu atau bahkan yang terpenting untuk angklung ini bisa tumbuh dan berkembang dan juga menjadi tempat inovasi dan kreatifnya para siswa”, jelasnya.
Dukungan yang diberikan oleh Saung Angklung Udjo terhadap pelestarian musik angklung ini diwujudkan juga dalam bentuk CSR (Corporate Social Responsibility), “Kita ada program CSR tiap tahunnya dengan membagikan angklung kepada beberapa sekolah yang kita tinjau, disini kami melihat bukan hanya ekonomi sekolahnya saja tetapi bagaimana effort atau keinginan yang sungguh-sungguh dari sekolah terhadap angklung”, ungkapnya. “Kami juga memberikan apresiasi kepada Sumapul yang menunjukan minatnya yang luar biasa kepada angklung”, pungkas Kang Opik.
Sumapul sendiri mempunyai kesan yang dituturkan oleh ketua yayasannya, Jonni BS Nugroho, atas acara 1000 Angklung berkumandang di Sumapul, “Saya menangkap kesan yang luarbiasa kepada Saung Angklung Udjo, ternyata kepeduliannya terhadap pelestarian angklung milik Indonesia itu menjadi perjuangan yang tidak mudah bagi Saung Angklung Udjo bahkan mereka sudah mengadakan CSR kepada beberapa sekolah, berikut pihaknya memberikan apresiasi kepada guru-guru di Sumapul dalam mempersiapkan siswa untuk ikut merespon kepedulian dari Saung Angklung Udjo hingga terjadi kolaborasi yang begitu padu hari ini”, ucapnya.
Jonni menambahkan bahwa selanjutnya sekolah akan mempersiapkan ruangan untuk dapat di set oleh pihak Saung Angklung Udjo yang juga akan mempersiapkan pelatihnya dan sekolah akan respon dengan murid-murid yang akan bermain angklung, “Gelaran tadi begitu memikat, itu benar-benar terasa pada murid-murid dan saya mempunyai keyakinan murid-murid akan mencintai angklung dan banyak yang berminat pada ekstrakulikuler ini”, harapnya. “Mudah-mudahan ekstrakulikuler ini bisa ikut melestarikan angklung serta kedepannya bisa membawa harum nama sekolah dengan prestasinya”, ujar Jonni. (Stanly)