Ramai Peminat, Pendekar Jawa Timur Ikut Pencak Dor Pagar Nusa Kota Semarang

oleh -
Pencak Dor
Ketua Pencak Silat NU Pagar Nusa Kota Semarang saat dimintai keterangan persnya disela kegiatan Pencak Dor.

sorotindonesia.com , Semarang – Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa (PN) Kota Semarang menggelar duel antar pesilat NU yang disebut Pencak Dor, Ahad (27/1/2019). Sebuah pertarungan persahabatan antar pesilat yang tidak resmi atau lebih tepatnya sebagai acara budaya ini ramai peminat. Para pesilat dari beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur menguji kemampuan dan meramaikan gelaran tersebut.

Ketua PSNU Pagar Nusa Kota Semarang menerangkan, bila model pertandingan resmi IPSI terdapat banyak peraturan yang harus ditaati. Diantaranya, pesilat harus memakai alat pelindung tubuh (body protector), maksimal waktu tiga babak. Selain itu, terdapat banyak larangan. Disebut beberapa diantaranya dilarang memukul kepala, dilarang menendang kemaluan, dilarang membanting bila lawan mampu merangkul, dilarang menarik rambut lawan, dan sebagainya.

“Pencak Dor ini bebas. Semua diperbolehkan,” kata Lukman, “Sabung juga tidak menggunakan pengaman (body protector,red), waktunya bebas, boleh lanjut bertanding dengan penantang baru,” terangnya, “Asal pesilat masih mampu melawan, pertarungan bisa dilanjutkan. Wasit hanya memisah bila terjadi pergulatan lama, atau ada suasana emosional. Tapi saya yakin tidak ada dendam. Karena pada prinsipnya di atas ring lawan, keluar ring saudara,” tegasnya.

Pencak Dor
Peserta tengah berduel di tengah ring

Di tengah gemerintik hujan, dan sesekali berderai deras, antusias pesilat dan penonton tak surut. Menyaksikan duel dengan panggung berlantai kayu yang dilambari karpet, lalu dibatasi dengan ring persegi dari bahan bambu. Namun demikian, untuk meminamilir potensi luka, panitia telah mendesain lantai dengan matras standar Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).

“Alhamdulillah ada ratusan peserta,” kata Lukman, “Kepesertaan ini memiliki kualifikasi tersendiri. Minimal 17 tahun, ada dokter dan ambulans untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk lebih jelasnya bisa konformasi pada ketua panitia,” tuturnya.

Pencak Dor yang digelar di Lapangan Tugu, Kecamatan Tugu, Kota Semarang ini mendapat respon positif dari para pesilat NU yang bernaung dalam Pagar Nusa. Selain para pesilat PN, Lukman mengakui ada pesilat lain yang tertarik ikut serta. Namun atas berbagai pertimbangan terhadap kondisi yang ada, ia tegaskan saat ini hanya diperuntukkan pesilat PN

“Peserta hanya Pagar Nusa. Takutnya tidak paham dengan yang ada di pagar nusa. Ini tradisi pagar nusa,” tegasnya. “Ke depan kita akan evaluasi kepesertaan ini. Kalau memang animonya luar biasa akan kita buat semacam MMA,” tandasnya.

Lukman menambahkan, lapangan Tugu dipilih sebagai tempat tersebut disebabkan dalam sejarahnya PSNU Pagar Nusa Kota Semarang lahir di Tugu pada tahun 1996. Selain itu ia ingin menunjukkan bahwa PN bisa juga menjadi atlit, dan tak seseram yang dibayangkan.

“Sebagian (pesilat,red) ada yang ikut Popda, sebagian mengikuti ini (Pencak Dor,red),” ungkapnya, “Saya berharap ada semangat atau ghirah untuk para santri dan juga warga untuk bergabung dengan pencak silat NU Pagar Nusa,” tutupnya.

Kejelasan tentang jumlah peserta ditegaskan ketua panitia Sulistya. Terkait dengan berbagai persiapan, event tersebut hanya diberlakukan untuk pesilat PN dengan jumlah ratusan peserta yang naik ring bambu. Antusias Pencak Dor dapat dilihat dari banyaknya peserta luar Kota Semarang. Disebutkan dari Kediri dan Nganjuk, Jawa Timur, Kabupaten Semarang, Demak, Kudus, Pati, Rembang, Grobogan, Banyumas, Purwokerto, Jepara, Kendal, Batang, dan Pekalongan. Sedangkan untuk peserta dari Kota Semarang juga diikuti pesilat PN pondok pesantren, dan perguruan tinggi.

Nur Rohmad, misalkan. Mahasiwa Fakultas Teknik Mesin, Universitas Wahid Hasyim Semarang ini menyatakan Pencak Dor sebagai ajang duel antar pendekar yang menarik. Di atas ring menjadi lawan, dan keluar ring tetap bersaudara, “Menyenangkan, asik untuk menguji seberapa kuat mental kita,” kata dia saat diwawancarai seusai menuntaskan duel serunya. Rohmad berharap, adanya ajang sabung antar pesilat NU menjadi motivasi dalam menjaga seni bela diri khas Indonesia, “Pencak Dor ikut mengembangkan tradisi olahraga pencak silat asli Indonesia,” katanya.

Pencak Dor Pagar Nusa Kota Semarang
Peserta tengah berduel di tengah ring

Peserta lain, Ahmad Masyhuri, pemuda 17 tahun asal Sragen ini berangkat berdua dengan temannya naik motor untuk mengikuti acara duel tersebut. Kepada reporter Masyhudi mengaku keikutsertaannya atas keinginan sendiri.

“Dapat info dari facebook dan di grup WA,” katanya, “Keinginan sendiri. Karena sangat menarik, dan sangat menantang,” ujarnya menambahkan.

Saat ditanya pengalamannya bertanding, dia mengakui Pencak Dor di Semarang bukan pertandingan pertama baginya, “Selain di sini, sudah pernah mengikuti Pencak Dor di Rembang dan Batang,” akunya. Bagi di, pencak dor sebagai pentas budaya harus dikembangkan, “Harapannya Pencak Dor semakin populer, dan banyak kabupaten / kota mengadakan. Biar makin ramai,” ujarnya.

Meskipun Pencak Dor merupakan ajang duel pesilat, Masyhuri menganggap even tersebut sebagai sarana menambah saudara. “Tambah banyak saudara, bisa sharing dan tambah pengalaman,” ucapnya. Saat ditanya kesiapannya, ia mengatakan selalu mengingat pesan dari pelatih, “jangan grogi, jangan kendor mentalnya dan ingat selalu untuk berdoa,” akunya. (arh)

Comments

comments