Menelisik Pegiat Budaya Di Kota Semarang

oleh -

Semarang [ Sorot Indonesia ] – Perkembangan budaya yang ada saat ini harus mendapatkan perhatian yang serius. Sebab, budaya sebagai dasar kesadaran seseorang terhadap bangsanya. Adanya kecintaan dan bangga terhadap budayanya, menjadi sebuah indikator kecintaan terhadap tanah air dan bangsa. Menarik memang, menelisik para pegiat yang melestarikan budaya tradisional di balik budaya modern. Terlebih di daerah perkotaan seperti di Ibukota Jawa Tengah, Kota Semarang.

Berikut ini, reporter hadirkan beberapa pegiat budaya yang ada di Kota Semarang. Di antaranya adalah H Sunarso SH, MH., yang memiliki Sanggar Pangreksa Budaya, dan dipercaya sebagai dewan pakar Permadani (Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia). Uniknya, Sunarso yang bergelar Ki Ageng Pangreksa Budaya adalah seorang Hakim. Aktifitasnya sebagai seorang pengadil dalam persidangan tak melunturkan budaya bangsa. Bahkan, ia selalu meluangkan waktu untuk menghidupkan kesenian dan budaya. Terutama dalam hal menjaga tata bahasa jawa dari kepunahan. Disadari bahwasanya bahasa sebagai elemen kebudayaan yang tertua dalam peradaban manusia.

Saat ditemui di kediamannya, Sanggar Pangreksa Budaya Jalan Pringgodani ll No: 130 , Desa Karang Geneng RT 3 RW 2 Kelurahan Sumurejo Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, (01/04/2018), ia menyatakan bahwa kebudayaan adalah milik bersama. Dikatakan, siapapun yang mempelajarinya, maka dialah yang mumpuni (menguasai dan mendalami). Sebab, ukuran budaya bukan terletak pada sumbernya. Akan tetapi siapa yang bersedia mempelajarinya untuk bekal hidupnya.

H Sunarso, SH, MH.
H. Sunarso, SH, MH.

Selanjutnya, Dosen Fakultas Budaya dan Seni Universitas Negeri Semarang, Dr Widodo. Dosen yang dikenal dengan gelar Widodo Brotosejati merupakan pegiat budaya yang menjadi pengasuh Paguyuban Karawitan Jawa yang berpusat di Griya Pakarjawi Perum Sekargading RT 4 RW 3 Kalisegoro Gunungpati Semarang. Ia bersama para mahasiswa dan alumnus yang ada masih dan selalu setia memagari budaya dari budaya asing yang kian menggerus. Kegigihannya dalam mempertahankan budaya telah menuai hasil positif di mana para mahasiswa yang telah ia didik turut serta memperjuangkan budaya para leluhur bangsa ini. Setidaknya, budaya yang sarat nilai masih memiliki ruang-ruang di antara hiruk pikuk budaya modern. Permadani dan Griya Pakarjawi, keduanya secara sinergi menggali dan menumbuh-kembangkan budaya jawa melalui sanggar yang mengajarkan karawitan, pranatacara, juga pedalangan. (sorotindonesia.com/arh)

Dr Widodo
Dr. Widodo

Comments

comments