Kabar Penculikan Anak Adalah Hoax

oleh -
Kabar penculikan anak
Kabar penculikan anak

Akhir-akhir ini kabar tentang maraknya penculikan anak di tengah-tengah masyarakat telah merebak dan menyebar, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung serta kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Jakarta.SII— Kabar penculikan anak tersebut menyebar melalui media sosial baik melalui fb, pesan singkat SMS maupun WA, Rata-rata pesan-pesan itu memberi penekanan agar masyarakat dan orangtua waspada terhadap anak-anaknya. Ada yang dikaitkan dengan foto-foto yang menyeramkan, diantaranya korban anak yang dimasukkan di dalam kardus atau penjualan organ tubuh oleh isu sindikat yang seolah-olah sudah bergentayangan di tengah-tengah masyarakat.

 

Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh tim SII, di Jawa Barat ada seseorang yang dipukuli warga dan dituduh sebagai sang penculik anak, namun ternyata adalah seorang gila. Demikian juga di Sampang Madura orang gila juga sebagai sasarannya

 

 

 

 

Isu Penculikan Adalah kabar  Hoax

 

Aparat keamanan khususnya Polri bergerak cepat untuk melakukan investigasi terhadap fenomena tersebut.

 

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menyatakan, kabar penculikan anak yang beredar melalui pesan singkat berantai serta di dunia maya, tidak benar atau hoax.

“Saya selaku pimpinan kepolisian menyatakan tegas, sepanjang sepengetahuan saya dan para kepala kepolisian daerah, semuanya menjawab dan telah melakukan pengecekan, dan menjawab tidak ada,” kata dia.

Tito mengimbau, agar orangtua tidak perlu khawatir dengan isu yang beredar. Meski demikian, ia tetap meminta masyarakat waspada dan tidak mudah percaya dengan kabar hoax.

“Jangan over reaktif dan menjadi panik. Klarifikasi dengan kepolisian, dengan warga di sana, betul atau tidak informasi tersebut sebelum mencerna informasi,” ujarnya.

Kabar tersebut beberapa waktu terakhir beredar di sejumlah wilayah di Tanah Air.

“Saya yakinkan dan sudah cek, di Sumatera Utara dan beberapa wilayah lain termasuk Jakarta, berita tersebut adalah berita hoax,” ujar Saya yakinkan dan sudah cek, di Sumatera Utara dan beberapa wilayah lain termasuk Jakarta, berita tersebut adalah berita hoax,” ujarKapolri di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (23/3/2017).

Menurut Tito, penyebar isu penculikan anak sengaja memanfaatkan momentum keramaian Pemilihan Kepala Daerah untuk menaikkan isu tersebut.

Tujuannya, selain menimbulkan keresahan di tengah masyarakat, juga ingin mendelegitimasi wibawa pemerintah.

 

Tanggapan Psikolog

Kendati demikian, orangtua diharapkan untuk tetap waspada dengan fenomena isu penculikan anak yang telah beredar di tengah-tengah masyarakat saat ini.

Dikutat dari Tribun jogja seorang psikolog UGM, Dr.  Neila Ramdhani mengatakan bahwa sementara, untuk upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah, biasanya kejadian-kejadian kejahatan pada anak terjadi di rumah, di sekitar tempat tinggal, dan di sekolah, tempat bermain anak. Tempat tempat seperti itu seharusnya ada dari pengawasan dewasa.

Misalnya di sekolah, usai jam sekolah, anak tidak serta merta itu sudah beres. Pihak sekolah dalam era seperti ini di mana setiap orang bisa melakukan tindakan tindakan yang tidak baik, sama seperti saat pagi hari banyak yang menunggu di pinggir jalan, harusnya pulang sekolah bisa seperti itu.

Guru dan orangtua siswa yang sedang menjemput juga harus bekerja sama saling mengenal dan yang ada di sekitar anak.

Anak pada usia tertentu harus yang menjemput orang yang dikenal guru dan anak tidak boleh pergi dengan orang yang tidak dikenal, itu seharusnya seperti itu.

Jadi bagaimanapun masalah anak yang bisa mencegah adalah orang tua, maksudnya orang-orang dewasa. Kadang kadang kita abai, disaat sudah ada kecurigaan harusnya waspada kalau ada orang orang yang tidak biasanya mendekati anak jangan didiamkan begitu saja.

Sekolah juga sudah saatnya menggalakan kembali pertemuan-pertemuan orangtua sehingga orang tua dan guru saling kenal dan sesama orang tua juga saling kenal.

Sehingga saat ada orang asing yang tidak dikenali mendekati seorang anak masing-masing bisa saling menjaga.

 

(ed by Bhq)

 

Comments

comments