FKPT Jateng Tekankan Pentingnya Pendidikan Nasionalisme Berbasis Keluarga

oleh -
FKPT Jateng Tekankan Pentingnya Pendidikan Nasionalisme Berbasis Keluarga
Ketua FKPT Jateng bersama jajaran FKUB Banjarnegara

SOROTINDONESIA.COM, Banjarnegara – Keluarga sebagai elemen terkecil dalam Negara memiliki peran penting dalam pendidikan dan penanaman nasionalisme bagi generasi penerus bangsa. Ketua FKPT Jateng, Dr Drs Budiyanto SH, M.Hum, menyatakan bahwa orangtua semestinya menanamkan nasionalisme bagi anaknya. Ini dikatakannya saat mengisi dialog yang diselenggarakan oleh Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Banjarnegara di Pendopo Dipayudha Adigraha Jl. Dipayuda Nomor 7C, Kutabanjarnegara, Kecamatan Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara, Selasa, (31/8/2018).

“Generasi penerus bangsa ini harus diperhatikan dengan serius,” ucap Budiyanto dihadapan lebih dari 300 peserta yang memenuhi pendopo, “Semestinya para orangtua di rumah dapat memberikan pendidikan nasionalisme pada anaknya, jangan hanya mengandalkan proses pendidikan di lembaga pendidikan formal saja,” imbuhnya.

Ketua FKPT Jateng Dr Drs Budiyanto, SH, M.Hum, saat memaparkan materi dalam kegiatan FKAUB Banjarnegara
Ketua FKPT Jateng Dr Drs Budiyanto, SH, M.Hum, saat memaparkan materi dalam kegiatan FKUB Banjarnegara

Menurutnya, peran orangtua dalam menanamkan nasionalisme akan memiliki dampak tersendiri bagi laju kembangnya sebuah bangsa. Nasionalisme dapat ditanamkan sedini mungkin dengan menekankan pada budaya toleran dan nasionalis. Budaya toleran menunjukkan jatidiri bangsa Indonesia. Bangsa yang dikenal kental dengan aroma falsafah hidup andap asor (sahaja), tepo seliro (tenggang rasa), ngajeni (menghargai kelebihan), narimo ing pandom (ikhlas dalam menerima rejeki hidup), urip ora ngonyo (hidup seadanya), gotong royong (saling membantu), ngajeni wong tuwo (menghormati orang tua), dan lain sebagainya. Nilai pada norma-norma ini menurutnya lupa atau enggan ditanamkan oleh orang tua pada anaknya. Dampaknya, demikian mudahnya anak melawan orang tua dan tak segan menganggap orangtuanya kafir karena beda dalam pemahaman agama.

Selain itu, Budiyanto juga menyoroti budaya permainan anak sebagai pondasi mengenali bangsa juga mulai terkikis, “modernisasi dan perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor terkikisnya budaya,” tandasnya. “Banyak anak kecil yang lebih hafal lagu-lagu populer dan dewasa daripada lagu-lagu kebangsaan. Padahal ini merupakan konsep sederhana dalam menanamkan nasionalisme pada anak,” kata Budiyanto melanjutkan paparannya. Dia berpendapat, adanya teknologi menjadi tren tersendiri yang berakibat dengan berkurangnya minat anak untuk bermain dan bernyanyi seperti umumnya dolanan anak. Menurutnya, permainan dan lagu dalam tradisi dolanan anak memiliki makna tersendiri dan harus dilestarikan.

Ketua FKUB Jateng Prof Dr Mudjahirin Thohir, MA., menyampaikan terima kasih kepada Kesbangpol Kabupaten Banjarnegara yang telah men-support kegiatan tersebut. Dalam pesannya, Mujahirin Thohir menegaskan bahwa toleransi sebagai budaya bangsa harus terus dijaga. Toleransi, menurutnya, merupakan bagian dari ciri khas budaya bangsa Indonesia. Semangat toleransi harus terus dikembangkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana diungkapkan oleh Budiyanto di mana sikap intoleran menjadi pemantik menuju berkembangnya paham radikal dan berujung pada aksi teror. (arh.sorotindonesia)

Comments

comments