Bandung Philharmonic Tampilkan Orkestra Rasa Indonesia Di Konser LEGENDA

oleh -
Bandung Philharmonic Tampil Memukau Di Konser LEGENDA

SOROTINDONESIA.COM, Bandung,- Bandung Philharmonic orkestra menunjukan performa yang cemerlang di gelaran pembukaan konser simfoni season four bertajuk Legenda di Hotel Hilton, Cicendo, Kota Bandung, Minggu (23/9/2018).

“Konser ini menandai awal dari musim ke 4 Bandung Philharmonic. Musim ke 4 dimulai dari bulan September 2018 hingga April 2019. Konser simfoni ini akan digelar sebanyak 4 kali dari total 25 konser dan program.” Jelas Airin Efferin, Co-founder & CEO Bandung Philharmonic pada sambutan tertulisnya.

Mengawali konser, dikumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya secara instrumentalia yang dimainkan secara apik oleh Bandung Philharmonic. Sang conductor Robert Nordling melanjutkan dengan menampilkan karya pertama dari repertoire, Overtur Tragis, karya Johannes Brahms (1833-1897). Namun yang dipertontonkan kali ini adalah yang telah digubah secara berpasangan dengan Overtur Festival Akademik, Op. 81. Overtur Tragis terasa amat sedih, sedangkan Overtur Festival Akademik terasa lebih semangat. Karya ini berhasil dibawakan dengan sempurna oleh kelompok musik klasik asal Bandung ini.

Karya selanjutnya yang dipertunjukan, Totentanz, dihadirkan pianis asal Indonesia yang telah banyak berkiprah di luar negeri dan kerap menjadi sorotan dari berbagai media asing, Aryo Wicaksono. Menggunakan piano produksi Aksan Sjuman (Wong Aksan), Aryo menunjukan kepiawaiannya dan berhasil memukau penonton yang tampak menikmati alunan musik karya Franz Listz tersebut.

Setelah break selama 10 menit, konser dilanjutkan menuju karya yang ke 3 malam itu, Ngasirah, yang merupakan karya komponis muda nasional yang telah banyak meraih prestasi internasional, Marisa Sharon Hartanto. Konser bertajuk Legenda ini juga diambil dari karyanya tersebut yang menceritakan tentang kehidupan Ngasirah, ibunda dari pahlawan wanita Indonesia, Raden Ajeng Kartini.

Musik yang dimainkan dalam instrumental ini, dibeberapa bagiannya cenderung seperti langgam musik tradisional Jawa yang menggunakan alat musik klasik barat, orkestra rasa Indonesia banget. Disini Marisa berhasil meramu karyanya menjadi sebuah cerita yang tidak sulit untuk dideskripsikan oleh penonton. Keriangan saat Kartini bertumbuh menjadi anak yang lincah hingga saat kematiannya yang direpresentasikan melalui alat musik simbal yang digesek. Terdengar unik dan misterius.

Inilah sesuatu yang hebat dari Bandung Philharmonic. Disetiap gelaran konser simfoni, kerap menampilkan karya komponis lokal atau karya komponis mancanegara yang beraroma Indonesia dan mampu mewarnai suasana.

Menariknya, sebelum Ngasirah diperkenalkan kepada penonton, Bandung Philharmonic mempersembahkan karya musik berjudul Halo Halo Bandung sebagai bentuk ucapan pada Hari Jadi Kota Bandung yang ke 208.

Sesi terakhir konser malam itu menjadi lebih berisi, kala Symphony No. 5 in C Minor karya Ludwig van Beethoven sukses dimainkan oleh Bandung Philharmonic dengan jeda dua kali. “4 nada pembuka pada lagu ini sangat populer, dan selalu muncul disepanjang lagu dalam simfoni. Jika anda mendengarkan dengan seksama, anda akan mendapatkan 4 nada tersebut yang kadang-kadang hanya diulang, kadang-kadang dimainkan terbalik, kadang-kadang dimainkan jungkir balik,” kata Robert Nordling sambil tersenyum.

Symphony No. 5 in C Minor adalah cerita dari gelap menuju terang, berulangkali bergerak menuju ke C Mayor, namun kembali ke C Minor, beralih ke nada yang lain dan menuju ke C Mayor namun kembali jatuh ke C Minor. Tapi akhirnya bisa masuk ke C Mayor,” terang Robert tentang lagu ini.

Secara umum, konser Legenda tampil sangat mengesankan, serta mendapat aplaus panjang dari seluruh penonton yang hadir ke lokasi konser di ballroom Hotel Hilton Bandung. [St]

Comments

comments